Ku temukan kenangan itu, di celah-celah kolong tempat tidurku. Semua berhamburan keluar. Tak terkecuali airmata ini,
Aku merindukanmu, sangat merindukanmu. Merindukan disaat dimana hujan mengguyur badan kita. Dan tanah sawah menjadi hiasan pada tubuh kita, baju, tak terkecuali wajah.
Sahabat kecilku ...
Kini kita tak lagi seperti dahulu. Berlarian di sawah yang becek ketika musim tanam padi tiba. Tawa lepas menemani sore yang mendung itu.
Kini, aku dan kamu, memiliki jalan masing-masing. Yang jauh berbeda.
Tempo hari, aku melihatmu memegang seputung rokok, dan menghisapnya. Kau tiupkan asapnya keluar. Aku terkejut. Aku merasa, baru kemarin kita bercanda bersama, bermain bersama. Dan masih sama-sama polosnya.
Ketika aku disuapi oleh nenekku semangkuk bubur kacang hijau, dan kamu merengek minta disuapi jua.
Kamu pun tersenyum lebar ketika nenekku mengataka iya.
Masih ingatkah kau ketika kau merebut pensilku ? Hingga aku menangis. Dan kau merebut permen yang baru aku beli. Dan mobil-mobilan yang baru dibelikan ayahku pun juga tak luput darimu. Kau ambil jua.
Aku hanya bisa berlari ke nenekku dan mengadukan semua kenakalanmu. Dan ibumu yang datang untuk menjewer telingamu, lalu kemudian kau dibawa kehadapanku untuk mengembalikan semua dan meminta ma'af. Setelah itu cemberut di wajahku berubah menjadi senyum dan seketika aku berkata "main lagi ayo".
Kau yang mengajariku naik sepeda roda dua. Kau yang membantuku keluar ketika kakiku terjebak di celah pagar tetangga. Saat hujan tiba. Itu saat yang paling kita nanti.
Berlama-lama berendam di got. Hingga suara kakekku yang terdengar berteriak memanggilku untuk pulang. Dan kau malah mengajakku bersembunyi.
Masih ingatkah kau dengan itu semua ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar