Tentang Putri

Foto saya
jombang, jawa timur, Indonesia
1. PENGGILA KOPI 2. PENGGILA SEPATU 3. SUKA KETENANGAN

Senin, Desember 05, 2011

Sahabatku , I Love You



      Sahabatku , I Love You
Langkah kakiku seketika terhenti, dadaku tiba-tiba merasakan sakit yang luar biasa, airmata perlahan membasahi pipiku , sekujur tubuhku gemetaran , seperti ada sesuatu yang berjalan dalam darahku, sakit. Melihat orang yang ku cintai sedang memeluk wanita lain.
Aku mengurungkan niatku untuk menemuinya dan memberi kado ini untuknya , setelah kejadian yang ku lihat tadi. Aku merasa bahwa dia memang tak membutuhkanku dihari ulang tahunnya, yang dia butuhkan adalah wanita itu.
                                                            ***
Aku duduk disebuah bangku bercat putih di pojok taman. Ku letakkan kado itu disampingku, sambil terus aku memandanginya, teringat sebulan terakhir ini aku berhemat demi untuk bisa memberinya kado yang terbaik, tapi semua semangat perjuanganku sirna seketika.
            Tuhan mengerti apa yang aku butuhkan sekarang, hujan ! Ya , hujan. Agar airmata ini tak terlihat oleh siapapun . Hujan turun dengan derasnya , sedikitpun aku tak bergeming dari tempat ini, berharap dia datang menemuiku, membuka kado dariku , dan kita mengahbiskan hari di hari terakhir ini bersama. Sebelum aku pindah keluar kota, dan tak akan pernah muncul di hidupnya lagi.
            Hampir satu jam aku berada disini , tubuhku tak kuat lagi untuk menahan dinginnya terpaan hujan, mulut yang mulai membiru , dada yang semakin terasa sakit. Aku tak bisa merasakan apapun.pingsan.
                                                                        ***
“Aku dimana ?” kalimat pertama yang keluar dari mulutku saat aku tersadar dari pingsan
“Di rumah gue.”
“Putra ?”
“Iya , gue. Ngapain lo hujan-hujanan di taman sendirian ?”
“Gue….”
“Gak sengaja gue lewat situ , gue lihat ada cewek terbaring , gue samperin , eh gue lihat ternyata itu lo. Dengan kondisi badan sedingin es.”
“Gue nunggu….”
“Aldo ?”
“Kok lo tau?”
“Siapa lagi yang lo tunggu selama ini selain dia, siapa lagi yang bisa bikin lo gila kayak gini kalau bukan dia ?”
Aku hanya terdiam. Putra mengetahui semuanya, semua perasaanku terhadap aldo. Putra sahabatku, dan aldopun juga sahabatku, sahabat yang aku cintai.
“Kadonya mana ?” aku menanyakan keberadaan kado itu.
“Kado apa ? masih di taman kali.”
“Gue harus ambil kado itu.” Aku mencoba bangkit dari kursi , namun rasa sakit ini menghampiri lagi , yang membuatku terjatuh menimpa putra.
“hissh , kondisi lo masih kayak gini, masih mau maksa jalan. Loe berdiri aja gak kuat. Udah gak usah kembali ke taman, biarin tuh kado diambil orang.”
“Gak bisa put, gue harus ambil dan ngasih itu ke aldo.”
“Rin , denger gue. Cukup ya lo selama ini sakit gara-gara aldo, gue gak bisa lihat lo kayak gini terus rin.”
“Put plis. Kalau gitu anterin gue kesana , gue sama lo , gue gak sendirian .” aku mencoba merayu putra agar mau mengantarkanku ke taman , kalau dia tidak mengizinkan aku pergi kesana sendiri.
“Gak rin , enggak akan . Gue anterin lo pulang aja.”
“Put plis, ke taman , bukan ke rumah gue.”
“Karina , gue bilang gak ya gak.”
Aku menangis sambil memandang putra, dia hanya diam dan langsung memelukku.
“Rin , udah rin , udah. Lupain aldo rin , lo udah gue anggep kayak adek gue sendiri, gue sayang lo rin. Gue gak sanggup lihat lo tersiksa.”
                                                                        ***
            Akhirnya putra benar-benar mengantarku pulang , dia tetap tidak mau mengantarku ke taman. Sepanjang perjalanan aku hanya diam dan melamun, sedangkan putra asik nyetir fortunernya sambil dengerin lagu-lagunya Sheila on 7 band favoritnya.
“Lo berangkat ke riau kapan ?”
Aku masih diam
“Rin , karina.” Sambil melambai-lambaikan tangannya di depan wajahku.
Aku kaget, lamunanku buyar.
“Eh iya apa ?”
“Karina plis deh. Gue itu tanya lo berangkat ke riaunya kapan ?”
“Em … besok put.”
“Apa ?” putra sangat terkejut, sampei-sampei dia berhenti mendadak.
“Gila ya lo put ? berhenti mendadak gini.”
“Ma’af , ma’af. Gue kaget , kenapa cepet banget ?”
“Bukannya dari seminggu yang lalu gue udah bilang ya ? kalo gue berangkatnya besok.”
“Eh emang iya ?” Tanya putra dengan ekspresi bingung.
“Ih lo ni pikun di piara.”
“Hehe , biarin.”
Aku hanya tertawa kecil,
“Nah gitu dong senyum. Jangan cemberut melulu.” Goda putra
                                                                        ***
            Sampai di depan gerbang rumahku, putra turun terlebih dahulu, dan membukakan pint mobil buatku.
“Idih kesambet setan apa lo ?” tanyaku heran melihat tingkah putra yang tak biasa
“Sekali-sekali lah bukain pintu mobil buat nona karina.”
“Sekali seumur hidup nih ? haha, besok kesini lagi ya, bantuin beresin barang-barang. Sekalian anterin aku ke bandara. Ayah sama mama naik pesawat entar sore, akunya besok siang. Mengerti tuan putra ?”
“Siap bos karina. Ya udah gue cabut dulu. Bye”
“Bye.”
“Eh lo gak sendirian dirumah kan ?”
“Ada bulek gue , kenapa ?”
“Oh syukurlah kalo gitu, gue jadi gak khawatir lo digondol wewe gombel.”
“Wong edan , udah pulang sana.”
“Haha, iya ya bye”
            Putra langsung tancap gas dan melesat bersama fortunernya.
                                                                        ***
“Assalamualaikum bulek.”
“Eh uda pulanh nduk , darimana aja ?”
“Dari rumah temen bulek.”
“Kok rambutnya basah begini ?” sambil memegang rambutku.
“Oh tadi sempet kehujanan bulek.”
“Oalah , ya udah ndang makan sana. Udah bulek masakin cap cai kesukaanmu.”
“Hehe, makasi bulek. Kalo aku udah di riau gak ada lagi yang masakin aku cap cai, mama mana bias masak cap cai seenak masakan bulek.” Aku tidak sekedar memuji, itu memang kenyataan , cap cai buatan bulek emang tiada tandingannya.
“Oh ya, besok pesawatnya jam berapa nduk ?”
“Jam 2 siang bulek. Kenapa ?”
“Bulek gak bisa anter ya nduk , ma’af, ada acara pertemuan wali murid di sekolah reni.”
“Oh iya bulek ndak apa-apa.”
                                                                        ***
            Aku beranjak ke kamar, merebahkan tubuhku sejenak. Sambil memandang foto-fotoku bersama teman-temanku, putra, dan sahabat yang ku cintai yaitu aldo. Masih ada 3 bingkai foto disana, sedangkan yang lain udah aku masukkan dalam kardus , untuk aku bawa ke riau besok. Ada foto waktu di air terjun, waktu di pantai, bahkan di dalam taksi sekalipun . foto berdua sama putra , dan berdua bersama aldo ? tidak, aku tidak pernah foto hanya berdua dengannya, entah mengapa, aku tak pernah berani meminta berfoto berduan dengannya.
            Aku merobek fotoku yang bersama aldo , aku sisakan tinggal kami berdua . kembali airmataku tak tertahan saat aku memandangi wajah aldo lewat foto itu.”Kapankah kau akan mengerti do ? sebelum semuanya terlambat, mulai besok kita tak akan bertemu lagi.” Ucapku dalam hati.
                                                                        ***
            Tin…tin…aku yang sedang asik duduk di teras rumah terkejut dengan suara klakson mobil. Aku mendongak, ku lihat fortunernya putra, dan cr-v di belakangnya , mobil siapa itu ?.
“Hai put. Pagi bener ?” sapaku pada putra
“Iya nih, yuh gara-gara pasukan gue yang ngajak cepet-cepet kesini”
“Pasukan ?” tanyaku kebingungan
            Keluarlah 3 cewek dari cr-v itu, yang ternyata itu nia,ami, dan fita.
“Haha, mereka toh pasukanmu?” aku terbahak
“Idih amit-amit jadi pasukannya dia.” Ami mencibir
“Ya udah yuk masuk. Sarapan bareng sini.” Aku mengajak mereka berempat masuk.
“Bulekmu mana rin?” Tanya putra
“Pagi-pagi tadi setelah bikin sarapan buat gue , bulek langsung cabut.”
Putra hanya mengangguk
“Kok cepet banget sih rin lo pindahnya ? kenapa gak besok-besok aja.” Ucap nia
“Haha, mau gue juga gitu ni, tapi yah mau gimana lagi. Ayah,mama udah disana.”
“Tapi kita ntar gak bias anter kamu ke bandara, soalnya kita mau jenguk nyokapnya anita, dia juga nitip salam buat lo.” Tambah fita
“Oh oke deh, kalian kesini aja aku udah sueneng,”
“Kita bakalan kangen banget sama omelan lo rin.” Ekspresi putra mendadak berubah sedih
“Iya rin, kita gak bias jalan bareng lagi.” Ami ikutan nimbrung.
“Kok kalian gitu sih ? jangan sedih dong, kalau liburan kan masih bias gue pulang kesini, atau kalian yang jenguk gue di riau.
            Kalau udah ngobrol gak kerasa sampai berjam-jam. Tapi mereka tak sedikitpun menyinggung soal aldo, atau menanyakannya.
“Walah udah jam 10, kita pamit dulu yah.”ucap nia
“Hem.. oke deh.”
Secara bersamaan mereka bertiga, ami,nia, dan fita memelukku, sontak aku terdorong mundur.
“Jangan pernah bosen sms kita, ato ngewall kita ya rin.” Terdengar jelas suara ami terbata-bata.
“Jangan khawatir.”
“Ya udah kita pamit ya rin.” Lagi, ami memelukku
“Iya iya, udah jangan sedih.”
            Akhirnya mereka bertiga pergi, dan sekarang hanya ada aku bersama putra.
“Lo ga pulang juga ?” tanyaku pada putra.
“Gue kan mau nganter lo smapek bandara entar. Gimana sih ?”
“Haha, oke deh tuan putra.”
                                                                        ***
            Satu setengah jam lagi pesawat berangkat, sekarang aku udah mau berangkat ke bandara, untuk mengantisipasi gangguan-gangguan di jalan yang mungkin saja terjadi.
“Listriknya udah dimatikan semua?” Tanya putra memastikan
“Udah , tinggal lampu teras sama gerbang ini aja.”
“Udah dikunci semuanya, kamar lo, pintu belakang ?”
“Udah putra.”
Putra mengangkatkan koperku masuk ke bagasi mobilnya.
“Langsung ke bandara?” Tanya putra sebelum menginjak pedal gas fortunernya
“Eh enggak dong, ke rumah bulek dulu nagsih kunci.”
            Tanpa menjawab putra langsung menginjak pedal gas fortunerya.
“Lewat taman biasanya ya put.” Pintaku
“Ngapain ? aldo lagi ?”
“Terakhir put, berharap bisa melihat wajahnya.”
“Baiklah , tapi kalau gak ketemu dia , jangan nangis lagi ya.”
“Siap boss , hehe.”
            Tuhan mendengar do’aku. Aldo sedang duduk di bangku dimana diwaktu hari ulang tahunnya aku duduk disitu menahan sakit dan kehujanan. Sedang apa dia disitu sendirian ?
“Put turun ya.”
“Turun aja kalau bias.” Putra malah mengunci pintu mobilnya.
“Kok malah dikunci sih ? aku mau turun put, turun, aku mau menemui aldo.”
 Putra tak mengiraukan permintaanku, dan malah tacap gas.
“Put, lo tega banget sih ?” protesku. “Lo keterlaluan.”
“Terserah lo mau ngomong apa, kepentingan gue nganterin lo ke bandara, bukan menemui aldo.”
                                                                        ***
            Sampai di bandara, setelah melakukan boarding pass dan kawan-kawan. Aku pamitan sama putra.
“Makasih hari ini udah nemenin gue. Lo sahabat gue, sahabat yang paling ‘gila’.”
“Jaga diri lo baik-baik. Jangan sakit-sakit lagi ya.” Ucapnya sambil mengelus kepalaku.
“Lo juga.” Airmata ini tak tertahan. “Kenapa harus secepat ini ?”
“Kok malah nangis sih , udah udah, jangan sedih. Kalau liburan insyaallah aku akan ke riau, kita jalan sama-sama lagi.”
“Bener ya?”
“Iya , kalau udah sampai rumah jangan lupa telefon atau sms, biar aku gak khawatir.”
“Iya. Selamat tinggal put.” Aku beranjak, berjalan menjauhi putra, sungguh berat kakiku ini untuk melangkah lebih jauh. Aku menoleh ke arah putra dan melambaikan tanganku. Putra tersenyum dan membalas lambaian tanganku.
            Aldo ? apakah dia tau kalau hari ini aku pindah ke riau ? jawabannya adalah , ya dia tau semuanya. Karena putra.
                                                                        ***
“Ini kado dari Karin buat lo.” Ternyata putra menyimpan kado itu dan memberikannya pada aldo setelah mengantarkan aku pulang.
“Karin ?”
“Iya Karin, tadi dia kesini, bawa kado ini, dia nunggu lo, tapi apa yang dia dapat? Lo lagi berduaan sama pacar lo itu.”
“Apa ?” aldo terkejut mendengar perkataan putra.
“Iya , dan lo tau yang lebih parahnya lagi , dia kesakitan lagi , lo pasti ngerti gara-gara siapa dia sampai begitu. Dia juga kehujanan disini , waktu gue nolongin dia, dia udah pingsan , badannya udah dingin banget. Puas lo bikin Karin sebegitu menderitanya ?” sentak putra pada aldo
“Sumpah , gue gak ngerti kalau Karin nunggu gue disini.”
“Sayangnya Karin ke lo itu lebih dari sahabat men, dia cinta lo, cinta mati sama lo. Dan besok Karin sekeluarga bakal pindah ke riau, dan 1 lagi, gue harap lo gak nemuin Karin. Gue gak mau lihat Karin nangis lagi. Dan lo tau, Karin berhemat selama 1 bulan buat bias belikan lo kado itu.”
Aldo hanya diam, putra pergi meningglakannya sendiri. Menyesali semuanya, itu yang sekarang melanda aldo.
                                                            ***
Sebelum aku masuk ke peswat, aku sempat mengambil handphone di saku celanaku, “one message from Aldo”. Sms itu bertuliskan.
* Ma’af rin karena aku tak pernah mengerti , perasaanku terlalu sulit diterjemahkan. Tapi sekarang aku mengerti , aku cinta kamu… rin ,*
Sedih bercampur bahagia. sedih karena aku tak mungkin kembali, bahagia karena aldo ternyata punya rasa yang sama dengan ku. Aku hanya membalasnya
*Tunggu aku do, aku akan kembali. Aku juga cinta kamu. Sahabatku , I Love You*
                                   
                                                                                                            To be continous…

                                    Oleh    : PUTRI KARUNIAWATI
                                                Desember, 05 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

kawannya Putri

Footer

About Author